Friday, October 2, 2015

Dongeng “Air Setrum” dari Kebonarum



Air Kesehatan
 
Oleh Aldo Pandu Wirawan - (Tambahan di bagian bawah ditulis oleh Ardus M Sawega)

Pada umumnya, tubuh manusia kurang lebih 75% terdiri atas cairan; dan sisanya terdiri atas tulang, organ-organ yang lain, misalnya jantung, paru paru, hati, dan lain lain. Bila dapat di asumsikan, yang bertanggung jawab atas tubuh bilamana dikatakan sehat atau sakit adalah cairan tubuh yang masuk ke dalam tubuh kita, terdiri dari makanan, minuman, serta gaya hidup individu masing masing.


Hampir setiap hari manusia mengonsumsi air untuk memenuhi kebutuhan cairan untuk tubuh. Yang disarankan adalah ‘air putih’/air mineral kurang lebih sebanyak 2 liter setiap harinya.  Namun, tiap individu bisa saja mengonsumsi selain air putih, misalnya kopi, teh, soda dan lain lain. Pertanyaannya, apakah air yang kita konsumsi setiap hari, termasuk air putih, tersebut memang benar-benar baik dan menyehatkan untuk tubuh kita?

Berikut di bawah ini diuraikan beberapa parameter tentang air putih (air mineral) yang menyehatkan serta relative sangat baik untuk tubuh kita. Sebagian bisa meringankan, atau bahkan menyembuhkan, beberapa penyakit tertentu, misalnya kanker.

Parameter air yang sehat, yaitu :
1.    Air tersebut mempuyai pH (Pondus Hydrogenii) yang bersifat Alkaline, atau basa dengan ukuran pH 9 – 9,5.
2.    Air tersebut mempunyai TDS yang sedikit, yaitu kurang dari 50.
3.    Air tersebut mempunyai Anti-Oksidan yang tinggi atau Ion Negatif – 300 mv sampai – 400 mv.

Parameter-parameter air tersebut akan dibahas lebih lanjut dibawah ini.

I.    pH (Pondus Hydrogenii)
pH adalah kepanjangan dari Pondus Hydrogenii . Nilai pH dari 1 sampai 14. Bila nilai suatu pH dibawah angka 7 dapat dikatakan asam, dan bila nilai pH memiliki  angka diatas 7 dapat dikatakan basa (alkali). Dan nilai pH = 7 adalah netral.

Banyak ilmuwan bidang kesehatan yang mengatakan bahwa tubuh dalam keadaan alkali atau basa adalah tubuh yang cenderung sehat, sedangkan tubuh yang dalam keadaan asam adalah tubuh yang cenderung sakit.

Kebanyakan dari kita tidak tahu, minuman yang kita konsumsi (air putih khususnya) apakah bersifat asam atau basa (alkali). Ada beberapa cara untuk menguji apakah air putih yang biasa kita konsumsi bersifat asam atau basa, misalnya dengan alat pH meter atau dengan indikator pH tester (indikator PP). Bila dengan menggunakan alat pH meter, langsung saja alat tersebut dicelupkan pada air yang biasa kita konsumsi, lalu akan muncul angka yang akan menunjukkan air tesebut bersifat asam atau basa (alkaline).

Bila alat pH meter menunjukkan di bawah 7 berarti bersifat asam, dan bila angka yang ditunjukkan di atas 7, maka bersifat basa atau alkali. Bila kita menguji dengan pH tester atau indikator PP, maka akan ditampilkan warna sebagai indikatornya. Berikut tabel warna bila kita menggunakan pH tester atau Indikator PP untuk menguji apakah air yang kita konsumsi bersifat asam atau basa (alkali).




Bila air yang biasa kita konsumsi saat di uji dengan pH tester menunjukkan warna hijau muda, atau kuning bahkan sampai oranye, maka dapat dipastikan bahwa air tersebut bersifat asam. Sebaliknya, bila air yang biasa kita konsumsi saat di uji dengan pH tester menunjukan warna biru sampai ungu maka dapat dipastikan air tersebut bersifat basa atau alkali. 

Menurut Dr. Otto Heinrich Warburg (Peraih Penghargaan Nobel) mengatakan bahwa “Jaringan Kanker bersifat asam dan hipoksia (kekurangan oksigen), sedangkan jaringan yang sehat adalah basa. Penyakit kanker tidak bisa hidup dalam tubuh basa/Alkali”.

Bila dapat disimpulkan bahwa air yang bersifat asam tidak baik untuk kesehatan tubuh, karena bila tubuh kita terlalu asam maka akan memicu beberapa penyakit. Sebaliknya, air yang bersifat alkali / basa sangat baik untuk tubuh, bahkan bisa meringankan atau mengurangi resiko penyakit degeneratif seperti kanker.

II.    TDS (Total Dissolved Solids)
TDS adalah kepanjangan dari Total Dissolved Solids. TDS menunjukkan jumlah mineral yang terkandung dalam suatu cairan (air minum). Sebenarnya, banyak mineral yang baik sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. Namun sayangnya, kita tidak mengetahui jumlah mineral yang terlarut dalam air yang kita konsumsi. Bila jumlah mineral yang berlebih akan memunculkan masalah kesehatan. Menurut standar FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat, standar nilai TDS harus kurang lebih sama dengan 150. Dalam air putih yang biasa kita konsumsi, kita tidak dapat mengetahui berapa jumlah TDS-nya.

Untuk mengetahui jumlah TDS air putih yang biasa kita konsumsi, bisa dengan menggunakan alat TDS meter. Caranya hanya dengan menyelupkan alat TDS meter tersebut kedalam cairan yang kita kehendaki. Bila angkanya kecil, misalnya 50, maka air tersebut layak kita konsumsi. Bila angka TDS terlalu besar, misalnya 900, maka air tersebut tidak layak kita konsumsi karena akan memperberat fungsi ginjal sebagi filter tubuh manusia.

III.    ORP (Oxidation Reduction Potential)

ORP adalah singkatan Oxidation Reduction Potential atau Tingkat Pengukur Oksidasi. Dengan alat ini kita dapat menentukan apakah sesuatu itu bersifat antioksidan, yang akan memiliki pembacaan negatif seperti -500 mV. Atau, jika sesuatu merupakan oksidan, maka akan memiliki pembacaan positif seperti +500 mV. Pengukuran ini biasanya diambil dengan alat ORP Meter, yang telah dirancang dan dikalibrasi untuk mengukur ORP dalam bentuk cairan. Dengan alat ORP meter kita bisa mengetahui Anti-Oksidan dalam cairan (air biasa yang kita konsumsi). Berikut adalah tabel yang bisa dijadikan parameter dengan alat ORP meter.





Tolak ukur standar internasional Antioksidan - Oksidasi adalah ORP (Oxidation Reduction Potential). Antioksidan dinilai dengan (-) dan Oksidasi dinilai dengan (+).

ORP meter adalah:
•    Skala (alat) pengukur tingkat deoksidasi / Antioksidan
•    Unit satuan pengukuran adalah mv (mili volt)
•    Angka positif tinggi (+) menandakan tingkat oksidasi tinggi (membusuk, berkarat, penuaan, lelah, sakit)
•    Angka negatif tinggi (-) menandakan tingkat deoksidasi tinggi (segar, tidak cepat busuk, tidak berkarat, awet muda)

Berikut ini menunjukkan diagram skala pengukuran tingkat deoksidasi:
Oksigen               (+800 mv)            : Oksidasi kuat penyebab karat
Hidrogen             (-400 mv)             : Deoksidasi kuat, anti-pembusukan
Air minum           (+200 mv)            : Bersifat asam
Air keran              (+600 mv)            : Bersifat sangat asam

Pada intinya, bila suatu bahan atau zat (makanan/minuman) nilai ORP-nya semakin minus (-), maka semakin baik, yaitu bersifat antioksidan. Sebaliknya, apabila nilainya semakin plus (+), maka bahan itu semakin buruk atau bersifat oksidasi.

Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Zat ini secara nyata mampu memperlambat atau menghambat oksidasi zat yang mudah teroksidasi, meskipun dalam konsentrasi rendah. Antioksidan juga sesuai didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif jika berkaitan dengan penyakit. Radikal bebas ini dapat berasal dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya

Manfaat dari air beralkali (termasuk air setrum) yang memiliki antioksidan yakni :
1.    Melindungi tubuh dari ancaman radikal bebas yang menyerang sel. Kerusakan akibat serangan radikal bebas akan menyebabkan penyakit dan menyebabkan sel kita lebih cepat tua.
2.    Mencegah dan mengobati kanker dan tumor. Air anti-oksidan beralkali juga digunakan sebagai pengobatan di Jepang. Penyebab kanker adalah kurangnya oksigen pada sel akibat pH alkali yang rendah (pH asam). Tidak ada penyakit yang bisa muncul dalam lingkungan beralkali. Pengobatan di Jepang telah membuktikannya sejak 15 tahun yang lalu.
3.    Meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit. Air anti-oksidan dapat mengembalikan pH alkali yang diperlukan oleh tubuh Anda ke tahap optimal. Air anti-oksidan beralkali memberikan elektron berlimpah untuk menetralkan radikal bebas yang berlebihan.
4.    Detoksifikasi alami. Air anti-oksidan memiliki gugus air dengan ukuran molekul yang lebih kecil dan berbentuk segi enam (heksagonal), sehingga mudah diserap oleh tubuh, dan mampu menghidrasi, dan bereaksi dengan mudah dengan tubuh.

KESIMPULAN
1.    Air yang baik untuk tubuh adalah air yang memiliki pH basa atau alkali.
2.    Air yang baik untuk tubuh adalah air yang memiliki TDS kecil.
3.    Air yang baik untuk tubuh adalah air yang memiliki Antioksidan.
4.    Air yang memiliki pH basa, TDS yang kecil, dan juga yang memiliki antioksidan dapat dibuat dengan cara dialiri listrik dengan tegangan tertentu dan metode tertentu pula (Air Setrum).
Semoga sedikit uraian tentang air yang baik dan bermanfaat untuk kesehatan dapat berguna untuk kita sendiri, keluarga, kerabat, bahkan orang lain. Bila ada kesalahan dalam penulisan artikel ini, maka penulis meminta maaf yang sebesar besarnya. Terima kasih.

TAMBAHAN *)
 
Dari diskusi kecil di Forum Air Setrum, di Solo, dihasilkan beberapa testimoni sbb:

1.    Mengonsumsi air setrum secara konsisten terbukti memberikan hasil signifikan terhadap kesehatan tubuh, karena di dalam Air Basa yang dihasilkan dari proses penyetruman terbukti mengandung anti-oksidan yang relatif tinggi.

2.    Mereka yang sempat mengonsumsi, bahkan dalam waktu relatif pendek, memberikan testimoninya. Seorang anggota forum menyebutkan, penyakit yang selama ini dia derita, asma dan rasa ngilu pada sendi-sendi, berkurang banyak.

3.    Seorang dosen di perguruan tinggi seni di Kota Solo memberikan testimoninya bahwa penyakit paru yang dia derita sembuh berkat air setrum yang dia konsumsi (pH 9,6-9,7) selama satu bulan. Begitu pula penyakit tumor di bagian pencernaan yang diidap oleh istri dosen tadi, juga sembuh berkat mengonsumsi air setrum dalam jangka satu bulan. Padahal, wanita penari itu menderita selama tiga tahun.

4.    Pada Air Basa/air setrum yang dikonsumsi, dengan pH sekitar 9,6-10, melalui alat pengukur oksidasi - antioksidan (ORP), menunjukkan nilai – 300 s/d – 400.

5.    Hingga sekarang masih dalam penelitian di kalangan pemerhati air setrum; apakah produk air setrum – dalam hal ini Air Basa – mampu mencapai ORP dengan nilai minus yang “ekstrem” (tinggi), semisal – 2.000?

Apabila angka ORP itu tercapai, maka akan ada harapan bagi para penderita kanker di Tanah Air untuk bebas dari penyakit mematikan tersebut.

(Tambahan di bagian bawah ini ditulis oleh Ardus M Sawega)

Dongeng “Air Setrum” dari Kebonarum


Artikel berikut ini mungkin bisa dianggap sebagai tawaran dari 1001 informasi tentang terapi alternatif yang pernah Anda dengar dan (mungkin) lakukan. Informasi dari saya ini pun boleh dianggap sebatas celotehan atau dongengan, yang tidak harus diburu kesahihannya.  Itu kalau harus dicari acuan teoritiknya. Bisa dicerna secara rasional,  atau dipertanggung-jawabkan dengan prinsip keilmuan yang teruji. Belum lagi uji laboratorium dan klinisnya.
            Apa yang saya temukan pada “air setrum” ini lebih bersifat empirik. Kebetulan saya menjalaninya  secara langsung; lebih tepat mengonsumsi atau meminum air setrum. Dan, setelah 3 bulan mengonsumsi, saya mendapati manfaatnya. Soal “manfaat” ini pun mungkin bisa diperdebatkan, kalau dimaknai sebagai harus positif atau mutlak benar/baik. Ini karena, saya  maupun orang-orang lain yang mengonsumsi air setrum, belum memiliki argumentasi kuat dan yang secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan.
            Argumentasi atas manfaat air setrum, sejauh ini memang lebih banyak bersifat empirik. Yaitu, berupa testimoni, pengakuan atau kesaksian dari mereka yang mengonsumsinya. Testimoni itu umumnya berkaitan dengan penyakit  yang bersifat kronis, atau keluhan yang berhubungan dengan berkurangnya fungsi organ tubuh. Setelah mengonsumsi air setrum, keluhan atas penyakit yang mereka derita berkurang secara signifikan. Misalnya, ada penderita asam urat yang bertahun-tahun menyiksanya sehingga membuatnya tak mampu berjalan.  Ia mengaku, setelah semalam mengonsumsi dua gelas air setrum, paginya mendadak “sembuh”. Ia bisa berjalan wajar, dan setelah itu ia lepas dari kungkungan minum obat antiasam urat.
            Menurut catatan, testimoni khasiat air setrum, antara lain, menyangkut penyakit darah tinggi,  kolesterol tinggi, kadar gula (glukosa) tinggi atau diabetes mellitus (DM), asam urat, stroke, tumor, ambeien dll. Setelah beberapa waktu mengonsumsi air setrum, penderita penyakit itu menunjukkan indikasi positif, membaik. Bahkan, ada yang memastikan penyakitnya “sembuh”. Dia buktikan, antara lain, lewat hasil pemeriksaan laboratorium; darah, urine dsb.
            Akan tetapi, sebelum Anda terpikat dan terprovokasi lebih jauh tentang manfaat serta “keajaiban” air setrum yang hakikatnya sederhana ini, sebaiknya saya jelaskan lebih dahulu tentang apa air setrum itu. Bagaimana cara pembuatannya, uraian teknis pembuatan alat untuk memprosesnya, bahan dan alat-alat yang dibutuhkan.

Air Setrum dan Kontroversi Air Alkali
            Disebut air setrum karena dalam proses pembuatannya mengggunakan listrik (setrum), yaitu arus listrik satu arah (DC). Kalau menggunakan listrik PLN yang dua arah (AC), harus diubah  menjadi satu arah. Hasil proses ini disebut air elektrisa atau electrolyzed reduce water.
            “Penemu” air setrum adalah Rama V Kirjito Pr, yang terakhir (Maret 2014) bertugas di Paroki Kebonarum, Klaten. Lebih dari  dua tahun lalu, ia bekerja sama dengan Joko, seorang ‘kreator’ asal Yogyakarta, “mengutak-atik” alat yang bisa mengubah air agar berfungsi untuk menghilangkan unsur asam dalam tubuh yang menjadi racun. Penghilangan racun dari tubuh ini lazim disebut detoksifikasi. Keduanya terinspirasi dari temuan mereka (15 tahun) sebelumnya, yaitu air elektrolisa (ERW) yang berfungsi untuk membersihkan mesin kendaraan bermotor. 
Rm Kirjito kemudian menyebut temuan mereka dengan “air setrum”. Selain terkesan merakyat, sebutan itu bertujuan untuk membedakannya dengan “air alkali”. Air setrum ini belakangan populer di masyarakat, mula-mula di sekitar Kecamatan Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah. Lalu menyebar ke mana-mana; Yogya, Solo, Magelang, Cilacap, dst. Prinsipnya, setiap orang bisa membuat alat pemrosesnya sendiri, mottonya: Mudah, Murah, Mandiri +Terbukti.
Mengonsumsi air setrum sekarang ini telah menjadi gaya hidup, bahkan “gerakan”. Tak kurang dari 200 warga sekitar paroki dan desa-desa sekitar, memiliki alat pemroses air setrum itu. Menjadi gerakan rakyat untuk sehat secara mandiri. Prinsipnya,”sehat itu murah” , sehat tidak identik dengan mahal. Tak tergantung obat, atau dokter. Mereka pun bergairah membuat sendiri alat yang murah itu, dan memetik manfaat untuk kesehatan tubuh sehari-hari.
            Adapun air alkali atau alkalin adalah sebutan untuk air yang diproduksi secara missal dengan peralatan (mesin) buatan pabrik yang beberapa tahun terakhir cukup populer di luar negeri, seperti di AS, Jepang dan Eropa. Namun, di negara-negara tersebut, keberadaan air alkali serta mesin pembuatnya justru menimbulkan kontroversi. Konon, karena produk air dan mesin pemroses air alkali itu dipromosikan secara amat berlebihan sehingga menyerupai mitos.
            Baik produk air alkali maupun mesin pemrosesnya, sebenarnya juga sudah dipasarkan di Tanah Air. Harga produk air alkali dalam kemasan lebih mahal dibanding air mineral biasa, sekitar Rp 40.000 per botol. Sedangkan mesin pemroses air alkali juga sudah dipasarkan, entah buatan dalam negeri atau luar negeri. Harganya antara Rp 4 juta hingga Rp 60 juta per unit.
            Adapun air setrum dibuat dengan cara yang jauh lebih sederhana dibanding air alkali. Sejauh ini, belum terlalu jelas perbedaan mendasar antara air alkali dan air setrum. Yang jelas, air setrum (yang dikonsumsi) identik dengan “air basa”. Air basa dihasilkan dari proses penyetruman (listrik DC) pada satu bejana/tabung berisi air yang mendapat arus listrik minus (negatif). Sedang air pada bejana kedua yang terkena arus listrik plus (positif) berubah menjadi “air asam”. Kedua bejana tadi dihubungkan dengan pipa (pralon) yang sama-sama berisi air, dan ketika terjadi penyetruman, air di masing-masing bejana mengalami perubahan secara fisik.
            Pada saat penyetruman, terjadi proses ionisasi. Unsur asam pada air di satu bejana berpindah ke bejana yang dialiri listrik positif. Sebaliknya, unsur basa pada air di bejana kedua berpindah ke bejana yang dialiri listrik minus. Air basa inilah yang bermanfaat untuk dikonsumsi manusia. Fungsinya adalah menetralkan unsur asam dalam tubuh.
Dalam jangka lama, bisa dibilang sepanjang hidup manusia, kondisi asam terbentuk sebagai tumpukan limbah yang berasal dari asupan seperti makanan dan minuman yang tidak semua bisa terolah oleh tubuh. Tidak semua limbah (asam) bisa terbuang dari tubuh secara alamiah; yaitu lewat tinja, air seni, dan keringat. Secara teori, tubuh manusia memang dilengkapi dengan mekanisme yang mampu menyeimbangkan unsur asam dan basa. Tetapi, apabila kandungan asam dari limbah makanan terlalu banyak, maka asam itu menjadi racun.
Dalam perjalanan waktu, secara alamiah, keseimbangan itu  terganggu. Banyaknya tumpukan asam dalam tubuh menimbulkan ketidakseimbangan, sehingga memicu berbagai gejala sakit, alias penyakit di dalam tubuh. Semisal, banyaknya lemak mengakibatkan tubuh menjadi gemuk, tercipta plak-plak dalam pembuluh darah akibat kolesterol yang tak terkendali, penyempitan pembuluh darah,  dst. Fungsi organ-organ di dalam tubuh pun berkurang akibat tingginya unsur asam dalam tubuh. Kinerja ginjal, empedu, lever, pankreas dll menjadi tidak maksimal, sehingga proses degeneratif menjadi lebih cepat. 
Muncullah pelbagai gejala sakit seperti tekanan darah tinggi, gula darah tinggi (DM), penyumbatan pembuluh darah pada jantung (koroner), pecahnya pembuluh darahn pada otak (stroke), asam urat tinggi, tumor, kanker, dsb. Dengan mengonsumsi air setrum, sejauh testimoni yang pernah dicatat, penderita  penyakit di atas menunjukkan indikasi atau gejala yang mengarah positif, bahkan secara signifikan membaik. Agaknya, secara teori, air basa (air setrum) mampu menetralkan kembali unsur asam yang terlalu berlebihan di dalam tubuh; yang menyebabkan organ-organ tubuh yang bersangkutan kehilangan fungsinya secara maksimal.
            Secara kasat mata, air basa kelihatan bening, rasanya sedikit agak kesat; sedang air asam cenderung keruh dan harus dibuang. Namun, air asam bermanfaat sebagai pupuk cair, yang berguna untuk mempercepat pertumbuhan tanaman. Dalam percobaan, air basa yang ditetesi obat luka Betadine, dalam beberapa saat kondisinya tetap bening. Kekuatan/khasiatnya mampu menetralkan obat luka yang berwarna coklat dan bersifat asam itu.  Sebaliknya, air non-basa (dengan pH kurang dari 7.00) akan tetap kotor kecoklatan bila ditetesi cairan Betadine. 
  
Bahan bekas
Motto dalam pembuatan air setrum, yaitu Mudah, Murah, Mandiri, Terbukti; didasarkan prinsip bahwa untuk hidup sehat tidak perlu biaya mahal. Setiap orang bisa membuat alat pemrosesnya sendiri karena mudah (mandiri). Bahan yang digunakan pun relatif murah, bisa menggunakan alat atau perabot rumahtangga bekas. Begitu pun alat utama, berupa adaptor (mesin); bisa menggunakan adaptor bekas lampu TL, bekas charger HP, atau adaptor printer.
Dari pengalaman terakhir, adaptor dari bekas lampu TL ternyata kurang stabil, ada kelemahannya, alias kurang awet. Disarankan menggunakan bekas adaptor untuk printer. Atau juga bisa charger HP; sekalipun amat kecil namun kapasitasnya besar dan cukup stabil. Harga adaptor lampu TL sekitar Rp 5.000; bekas charger HP cuma Rp 1.000; dan bekas adaptor printer sekitar Rp 35.000. Harga-harga tersebut mengacu di pasar loak, barang bekas, di Kota Solo.    
Air setrum menggunakan bahan baku dari air biasa. Misalnya, air mineral yang dijual di pasaran, air isi ulang, air PAM, bahkan air sumur (air tanah). Selain bahan baku air, alat utama yang dibutuhkan berupa 2 (dua) tabung atau bejana (plastik) yang dihubungkan dengan penyambung pipa (pralon), berikut keran air di kedua tabung. Terakhir, konduktor yang menghantar listrik ke air, terbuat dari logam antikarat (stainless). Disarankan menggunakan plat 0,8 mm stainless 316 L2B, pipa stainless 304, kawat stainless, bahkan sendok-garpu stainless!
Kalau menggunakan aki (DC) sepeda motor yang 12 volt, malah tidak perlu adaptor. Dari kutub plus dan minus pada aki, langsung dihubungan dengan kabel ke konduktor di dua bejana. Proses penyetruman selama 12 jam (satu malam). Paginya, air setrum bisa langsung dikonsumsi. Kalau menggunakan listrik PLN (AC), diperlukan “mesin” (adaptor) yang berfungsi mengubah arus AC menjadi DC. Melalui adaptor, misal dari adaptor printer atau lampu TL, akan menghasilkan output di atas 270 volt; sehingga proses penyetruman hanya sekitar 4 jam.
Air setrum baik dikonsumsi sebanyak 8 gelas atau 2 liter sehari, seperti yang disarankan untuk konsumsi minum air ‘putih’ biasa. Bagi mereka yang menderita penyakit, termasuk penyakit degeneratif semisal kolesterol, darah tinggi, diabetes mellitus (DM) alias penyakit gula; perlu mencoba minum air setrum ini. Kandungan asam atau pH yang disarankan antara 8.5 – 10.00. Banyak testimoni pengguna air setrum (ada sejumlah dokter yang mencoba) telah membuktikan bahwa kesehatan mereka mengalami perubahan positif dan cukup signifikan.
Anjuran kepada teman-teman pensiunan, terutama yang tengah mengalami problem kesehatan, janganlah cepat terprovokasi dan mudah percaya untuk segera membuat alat pemroses air setrum. Pikirkan secara matang. Faktanya, memang, saya membuktikan sendiri. Sekitar 2,5 bulan terakhir saya mengonsumsi air setrum. Saya takjub, ketika hasil pemeriksaan lab atas kolesterol serta gula (glukosa) darah saya terakhir (3/3), angka-angkanya menunjukkan indikasi bahwa saya “normal” dibanding dengan pemeriksaan pada akhir tahun 2013!
Jika Anda memutuskan untuk mencoba membuat alat pemrosesnya, lalu mengonsumi air setrum, tanamkan pengertian bahwa air setrum (air basa) ini bukan “obat”. Lebih tepat disebut sebagai “air kesehatan”. Ia berfungsi mengembalikan keseimbangan unsur basa-asam di dalam tubuh.  Tidak ada jaminan, air setrum bisa “menyembuhkan” Anda. Kalaupun Anda berani berspekulasi, anggaplah ini minum air (putih) biasa. Syukur-syukur ada manfaatnya!


Ardus M Sawega


Instalasi Air Setrum Sederhana
Cara Membuat Pemroses Air Setrum

Alat pembuat air setrum, yakni menggunakan dua tabung dengan prinsip bejana berhubungan. Terdiri dari 2 (dua) bejana atau tabung. Bahan-bahan yang disarankan:
1.      Tabung plastik (semacam stoples) transparan, berukuran 6,5 liter, 2 buah.
2.      Penyambung pipa pralon berukuran ¾ dim; 3 set terdiri dari shockdrat dalam 6 buah, dan 3 shockdrat luar-dobel (nepel), serta 6 ring karet. Soal jumlah dan ukuran penyambung pipa sesuai selera saja; bisa dua atau satu pipa saja.
3.      Dua buah keran air, warna merah dan biru.
4.      Adaptor bekas lampu TL; dengan cara mengubah titik output menjadi 270 volt lewat komponen Elco. Jika menggunakan bekas charger HP, atau adaptor printer, juga melalui kaki komponen Elco untuk mencari titik output-nya.
5.      Konduktor berupa logam stainless, bisa kawat yang digulung menyerupai “per”, atau yang paling sederhana sendok-garpu stainless, pipa stainless 316. Lebih bagus lagi berupa plat logam stainless dengan jenis 316 LB2 yang antimagnet.
6.      Kabel listrik dobel 1 meter, kabel engkel merah dan hitam, masing-masing 25 cm.
7.      Steker berlampu, tedus bertutup untuk melindungi adaptor, dan 2 “cokot buaya” atau “canthek” setrum aki.
 
Cara pembuatan
1.      Gabungkan kedua tabung plastik pada sisi yang sama secara simetris dengan penyambung pipa pralon. Dengan cara melubangi dinding plastik di dua tabung, pada tiga titik ‘segitiga’. Penyambung pipa berupa shockdrat disatukan oleh shockdrat luar-dobel/nepel (lokasinya terjepit di antara dua tabung), dengan cara mengencangkan kedua shockdrat kanan-kiri; jangan lupa ring karetnya diletakkan di luar dinding. Di bagian tengah penyambung pipa tado dipasang filter, bisa terbuat dari kain screen sablon, atau paling mudah kapas yang padat.
2.      Pasang keran air pada sisi lain di masing-masing tabung.
3.      Pasang konduktor logam stainless dengan melubangi di tiap tutup tabung, sehingga ujung atasnya bisa dijepit dengan cokot buaya/canthek. Usahakan ujung bawah logam (plat/pipa) sampai dasar tabung. Jepitan cokot buaya tadi dihubungkan dengan kabel engkel (merah/hitam) menuju ke adaptor (output).
4.      Pasang kabel pada steker berlampu yang ditancapkan ke listrik PLN, sedang ujung lainnya ke adaptor (input). Steker berlampu ini memudahkan untuk setiap kali mau menghidupkan/mematikan listrik.
5.      Ada baiknya menerapkan warna kabel merah/hitam secara konsisten (sama); baik yang dari listrik PLN (input), dari adaptor ke tabung air (output), hingga ke warna keran air (merah/biru). Ini sekadar untuk memudahkan saja.
6.      Jika masalah teknis rampung, selanjutnya adalah proses ionisasi. Tancapkan steker ke listrik PLN, lantas hidupkan on. Disarankan, proses ini dilakukan pada malam hari sehingga esok harinya air basa pun sudah bisa dikonsumsi.
 
Kandungan “pH” dan mineral
Dengan peralatan pemroses air setrum yang menggunakan adaptor bekas printer, atau adaptor lampu TL, menghasilkan output 270 volt; dibutuhkan waktu sekitar 4 jam. Cermati: air basa dihasilkan pada tabung yang dikenai arus listrik negatif (minus), yang ditandai dengan kabel dan cokot buaya warna hitam, pada keran air warna biru. Air basa inilah yang diminum. Sebaliknya, tabung yang dikenai arus positif (plus), keran merah, menghasilkan air asam. Air asam secara umum tak bisa dikonsumsi, namun dalam beberapa kasus bisa berperan positif.
Air setrum (air basa) yang layak dikonsumsi untuk tujuan kesehatan, disarankan yang tingkat pH-nya mencapai di atas 8,5. Semakin tinggi kadar pH, cenderung makin baik, tertinggi sampai 12. Namun, bagi sebagian orang, kadar pH tinggi bisa mengakibatkan pingsan. PH yang moderat sekitar 8,5-10. Disarankan, tiap dua hari sekali air di bejana diganti dan dibersihkan.
Memang, bagi pemilik alat pemroses air setrum disarankan memiliki “pH Tester”, yaitu alat penguji kadar pH (asam?). Selain untuk mengetahui kadar pH pada air basa, alat ini juga untuk menguji pada air asam, yang biasanya (amat) keruh. Kadar pH pada air asam  harus lebih rendah dari air basa; pH-nya harus di bawah 7. Kalau itu tidak terjadi, mungkin ada yang salah.
Harga pH Tester Rp 180.000, di Kota Klaten. Bisa diperoleh di toko alat kesehatan lain, tetapi harganya tinggi (sekitar Rp 650.000). Selain itu, disarankan pula memiliki alat pengukur kadar mineral air, yaitu “TDS-3/TDS-Temp” (harga Rp 150.000). Kandungan mineral bahan baku air disarankan di bawah TDS 100. Air mineral kemasan yang umum dipasarkan, TDS sekitar 105. Kandungan di atas 200 tidak disarankan. Dari pengalaman, air isi ulang relatif bagus, TDS 30.
 

5 comments:

  1. kalau penyetrumannya lama, mengapa baunya seperti bau air kencing

    ReplyDelete
    Replies
    1. MENURUT SAYA JIKA ADAPTOR NYA HANYA 1 YG DI GUNAKAN .. MAKSIMAL AIR STRUM LAMA NYA ANTARA 6 - 9 JAM. UPAYAKAN DALAM PROSES ELEKTROLISASI JGAN SAMPAI AIR DI KEDUA BEJANA TRSBUT BERSATU WALAU HNYA 1 TETES KARENA HAL TERSEBUT MENGUBAH RASA DAN BAU. DAN SEBAIKNYA JUGA AIR PADA ARUS POSITIF MAKSIMAL 7X ELEKTROLISASI MAKA HARUS DI GANTI..OWH IYA PADA WAKTU QT ISI ULANG AIR DLM BEJANA ARUS NEGATIF SBAIKNYA DI LEBIHKAN SEDIKIT TAKARAN DARI AIR BEJANA ARUS POSITIF, KMUDIAN KRAN DI BUKA 1/8 AJA. TUJUAN NYA ADALAH AGAR ARUS AIR POSITIF TIDAK MASUKKE DALAM BEJANA ARUS NEGATIF.. SEKIAN DARI SAYA (MUHAMMAD TEGAR / MTRIVIGARZ 0897-3272-497)

      Delete
  2. Maap klu boleh dan bisa minta tolong, saya mau minta no kontak pak joko itu yg pioneer nya bikin elektrolisa bahan bakar juga air... saya termasuk muridnya dan sekarang kehilangan kontak dan lupa alamat lengkap nya. Terima kasih. Ini Phone sy 081222198881

    ReplyDelete
  3. pak mau tanya setelah air "disetrum" bisa bertahan berapa air tersebut untuk mempertahankan pH tetap basa

    ReplyDelete
    Replies
    1. pH mampu bertahan lama, terkecuali teroxidasi oleh gas karbon, hindari jg sinar matahari pada air tersebut... Namun yg lbh penting antioxidan yg tdk mampu bertahan lama alias menurun. meskipun pH masih tetap basa atau tinggi...

      Delete